Monday, April 23, 2012

Gadis Kecil Dengan Kotak Emas



Di sebuah keluarga miskin, seorang ayah tampak kesal pada anak perempuannya yang berusia tiga tahun. Anak perempuannya baru saja menghabiskan uang untuk membeli kertas kado emas untuk membungkus sekotak kado.
Keesokan harinya, anak perempuan itu memberikan kado itu sebagai hadiah ulang tahun pada sang ayah.
“Ini untuk ayah,” kata anak gadis itu.
Sang ayah tak jadi marah. Namun ketika ia membuka kotak dan mendapatkan isinya kosong, meledaklah kemarahannya.
“Tak tahukah kau, kalau kau menghadiahi kado pada seseorang, kau harus memberi sebuah barang dalam kotak ini!”
Anak perempuan kecil itu menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata terisak-isak, “Oh ayah, sesungguhnya aku telah meletakkan sesuatu ke dalam kotak itu.”
“Apa yang kau letakkan ke dalam kotak ini? Bukankah kau lihat kotak ini kosong?” bentak ayahnya.
“Oh ayah, sungguh aku telah meletakkan hampir ribuan ciuman untuk ayah ke dalam kotak itu,” bisik anak perempuan itu.
Sang ayah terperangah mendengar jawaban anak perempuan kecilnya. Ia lalu memeluk erat-erat anak perempuannya dan meminta maaf.
Konon, orang-orang menceritakan bahwa, pria itu selalu meletakkan kotak kado itu di pinggir tempat tidurnya sampai akhir hayat. Kapan pun ia mengalami kekecewaan, marah atau beban yang berat, ia membayangkan ada ribuan ciuman dalam kotak itu yang mengingatkan cinta anak perempuannya.
Dan sesungguhnya kita telah menerima sebuah kotak emas penuh berisi cinta tanpa pamrih dari orang tua, istri/suami, anak, pasangan, teman dan sahabat kita. Tak ada yang lebih indah dan berharga dalam hidup ini selain cinta.
(Judul asli: A Little Girl and The Golden Box, Ana Lucia)

Tuesday, June 17, 2008

Pindah Rumah...

Memang sudah menjadi program kami kalau tahun ini tidak lagi memperpanjang kontrak rumah yang kami tempati selama ini. Tidak terasa, sudah tiga tahun juga kami menempati rumah yang telah menjadi istana kami selama ini. Rumah yang sangat bersahaja, mungil, berjarak sekitar seratus meteran dari Sekolah tempatku bertugas saat ini. Karena dekatnya, setiap ada kesempatan pulang walau hanya lima menit pasti aku lakukan sekedar untuk bisa mendengarkan celotehan dan bermain bersama bidadari-bidadari kecilku ( mbak lika dan kirana ). Tidak ada yang lebih nikmat ketika mereka berebut menceritakan aktifitas yang telah mereka lalui walau si bungsu baru bisa mengungkapkan celotehan yang belum jelas, tapi aku juga berusaha membalasnya dengan penuh suka cita.

Awalnya tidak sengaja juga menemukan rumah yang baru ini. Seperti biasa di sekolahku setiap hari MINGGU pagi seluruh guru, staff, karyawan bahkan fungsionaris yayasan melakukan senam aerobic. Setelah selesai senam aku dan istriku beli bubur ayam di daerah jalan karya. Bubur ayam merupakan sarapan favorit istri dan anakku seminggu sekali di medan ini. Waktu itu kami bertiga ; aku, keken dan mbak lika anakku yang sulung ikut, dan setelah selesai membeli bubur ayam kami iseng untuk melewati suatu daerah sekalian coba-coba hunting rumah. Alhamdulillah tak sengaja kami menemukan rumah yang cocok dan langsung jumpai pemiliknya dan langsung deal.

Ternyata pindah rumah itu tidak sesederhana yang aku bayangkan, perlu preparation yang matang, precondition ke rumah yang baru dan hal-hal lain. Aku sadar aku kekurangan waktu untuk menyiapkan semua secara sendiri. Beruntung aku memiliki adek-adek marching band sinar husni yang kulatih yang bersedia dengan sukarela membantu menyelesaikan segala persiapan dan pengkondisian rumah yang nantinya kami tempati. Mereka bahu membahu mengecet, memperbaiki pintu, listrik, halaman dan segalanya. Terharu juga melihat semangat mereka, keikhlasan mereka, terbersit haru dan bangga pada mereka, adek-adek yang kuat jiwa dan semangatnya.

Akhirnya saat itu tiba, 16 mei 2008 kami pindah rumah. Alhmadulillah walau belum sempurna tapi sudah sangat layak kami tempati. Rumah yang berada di KOMPLEK PONDOK SURYA, Jalan Setia Budi Blok VII Kecamatan Helvetia Timur – Medan inilah yang sekarang menjadi istana bagi keluargaku. Semoga kami semua betah dan menjadi tempat yang menyenangkan untuk menghiasi dan mengisi hari-hari kami. Amin.

Sunday, December 30, 2007

Inilah Saya....

Kata orang “tak kenal, maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta” jadi baiknya sayapun harus memperkenalkan diri dalam blog pribadiku. Aku terlahir dengan nama APRI SUGIARTO di sebuah kota kecil di Indonesia tapi sangat berpengaruh terhadap dunia perminyakan negeri ini, yaitu kota Pangakalan Berandan tanggal 27 April 1971.

Bapak berasal dari kota Tegal ( sebuah kota di pesisir utara Jawa Tengah ) dan Ibu berasal dari Jogjakarta, mereka tugas di Pertamina dan ditempatkan di kota Pangkalan Berandan. Sudah jodoh, Allah mempertemukan mereka dan mentakdirkan menjadi suami-isteri yang berbahagia dan dikaruniai 5 orang anak ( Mas Budhi, Mas Eed, aku, Joni dan Yanti ).

Masa kecilku di habiskan di kota kecil tersebut, sejak sekolah taman kanak-kanak sampai SMA. Walaupun kota kecil, namun aku merasakan mendapatkan kesempatan yang luas untuk mengembangkan bakat dan kemampuanku. Ketika di Taman Kanak-kanak aku juara melukis, masa sekolah dasar Juara 1 vocal solo tingkat Provinsi Sumatera Utara dan juara harapan 3 tingkat nasional di Jakarta dalam even paduan suara PORSENI TINGKAT NASIONAL.

Ketika SMP aku sangat aktif mengikuti kegiatan pramuka dan drum band. Inilah yang menghantarkanku pada jutaan pengalaman luar biasa bahkan sampai tingkat dunia.

Sejak SMP ( 1986 ) sampai kini aku masih aktif mengikuti kegiatan drum band/marching band. Mulai tahun 1986 sampai 1990 tidak pernah absen mengikuti KEJUARAAN NASIONAL drum/maching band PDBI ( Persatuan Drum Band Indonesia ) dan yang paling membanggakan bagi diriku adalah ketika aku terpilih menjadi bagian dari pemain trumpet di team DRUM CORPS INDONESIA pada tahun 1989 untuk mengikuti beberapa kejuaraan duni di Eropa, seperti JANITSJAR FESTIVALLEN di Oslo Norwegia, GOTTEBORG MUSIC FESTIVAL di Swedia, BRISTOL MUSIC CONTEST di Bristol Inggris dan WORLD MUSIC CONTEST di Kerkrade Belanda.

Pengalaman berkesan ini yang membuatku jatuh cinta pada music dan sempat bermimpi untuk sekolah di SMM ( Sekolah Menengah Musik ) dan Kuliah di ISI ( Institut Seni Indonesia ) jurusan music di Jogjakarta, namun sayangnya kedua orang tua kurang mendukung. Aku memahaminya dengan alasan bahwa mereka tetap mendukung aku hobby di music dan menekuninya namun bukan secara formal. Sehingga akhirnya memutuskan untuk kuliah di Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi Universitas Islam Indonesia Jogjakarta sejak tahun 1991.

Jogja, kota itu bagiku sekarang ini merupakan tempat yang paling aku suka. Benar-benar gak ada matinya sehingga pantaslah slogan JOGJA NEVER ENDING itu dicetuskan dan menjadi icon ketika orang-orang mendengar kota Jogja. Disanalah juga aku menempuh kuliah, tepatnya di UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Fakultas Ekonomi Akuntansi mulai tahun 1991 setelah sebelumnya mengambil Program Profesi Komputer 1 tahun di IMKI ( Institut Manajemen Komputer Indonesia ) Yogyakarta.

Disana juga aku mengenal dan menghabiskan waktu disamping kuliah juga melanjutkan hobi dengan menggeluti dunia marching band dan bertemu dengan banyak teman-teman hebat dan berbakat tidak hanya di music, tetapi segala hal yang itu kurasakan berdampak pada perkembangan wawasan baik keilmuan maupun segala sisi. Semua ada disana. Ada Bang Gatmir ( bang kumis ) sang ketua umum mbuii yang selalu meledak-ledak, sang motivator. Ada bang Ichsan...sang sekum dengan bakat musik san seniman sejati...tenang seperti air yang sangat menghanyutkan. Ada Kiyeng sang "pendobrak", Daniel ( kathok ), Rizki ( yang suka pake istilah "terjebak!!"), ada YOYON ( sang entertaint ), Imang ( sang pujangga ),Yudi, Budi Busmar, Riza Perdana ( si kecil yang cerewet ), Bumi "Nongke", Mbak Nuki, Rika, Avi, Pipit, Fitri Bandel, Fitri Ndut, Aa' Guh..( skr jadi abang iparku..he..he..), Bedoel, Firda, Desmon, Neneng, Lusi..ah..masih banyak dan terlalu banyak teman-teman hebatku yang belum aku sebutkan...kalian memang luar biasa !! Terima kasih kawan !!!

Jogja juga sebagai tempat kedua orang tuaku menghabiskan masa tuanya setelah pensiun. Mereka tinggal di DEMBLAKSARI 289 RT.04/10 Banguntapan Bantul Yogyakarta dan disana juga tempat favorit kami anak-anak kalau liburan tiba dan kangen pada orang tua.

Kini,aku bekerja di Medan dengan profesi seorang guru dan dosen dan tentunya juga Pelatih Marching Band.Sebuah profesi yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya akan aku jalani. Tapi itulah hidup! Penuh rahasia dan Maha Kuasanya Allah SWT. Dimanapun dan apapun pekerjaan kita, harus dijalani dengan penuh keikhlasan dan dedikasi ibadah.

Dalam keseharianku di pagi hari aku bekerja di sebuah Yayasan Pendidikan Sinar Husni yang berlokasi di Jl. Veteran Gg. Utama Psr-V Helvetia Medan. Tepatnya di unit SMA SINAR HUSNI dengan jabatan fungsional Pembantu Kepala Sekolah dan juga Pelatih Marching Band Sinar Husni Medan. Dimalam hari aku juga mengajar di Kampus SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SINAR HUSNI dengan Jabatan Fungsional PEMBANTU KETUA III Bidang Kemahasiswaan.

Aku menikah tahun 2003 tepatnya 18 September 2003 dengan seorang gadis NIKEN HABSARI seorang penyiar Radio Rakosa Yogyakarta di era 1998 - 2002. Ketemu pertama kali karena dikenalkan kakaknya yang adalah teman baikku di Jogja dalam sebuah event Kejuaraan Marching Band Hamengku Buwono marching Band Championship 2000 dan menghantarkan kami ke jenjang pernikahan yang sampai saat ini diamanahkan Allah SWT dua orang anak perempuan yang lucu dan cantik LAILIKA PRADIPANISA CITRA MAHESWARI dan adiknya KIRANA SHIRA AZZAKINAH WARANGGANI.

Friday, December 28, 2007

Surat Untuk Kekasih

Liburan panjang di akhir tahun 2007, ketika tidak ada kesibukan dirumah, tergerak hati membuka album-album foto masa pernikahanku dulu. Tidak terasa 4 (empat) tahun telah menjalani biduk rumah tangga bersama.

Kini kami telah dikaruniai 2 orang anak perempuan yang lucu, sungguh suatu anugerah Allah yang tak ternilai.
Lembar demi lembar aku mereview kembali gambar-gambar itu sembari mengingat kenangan dan cerita yang menghiasi perjalanan kami sehingga sampailah pada satu halaman dimana aku pernah mengirimkan surat pernyataan cintaku yang ternyata masih disimpan dengan baik oleh istriku bahkan itu menjadikan salah penyejuk hati kami ketika ada perbedaan dan ketidak sesuaian dalam mengisi hari.

Waktu itu, memang tepat tanggal 14 februari 2003 aku memberikan surat cinta pada keken pacarku yang sekarang menjadi isteriku…..

Buat Kamu yang Kucintai…
Ken…
Ada jutaan bahkan lebih perasaan cinta yang ingin aku share ke kamu agar engkau tau dan mengerti betapa aku sangat mencintai kamu.
Sudah lama aku tidak merasakan seperti ini. Ada gelombang yang yang maha dahsyat mengguncang di sini. Begitu besar harapan yang kulambungkan ke langit agar dapat memayungi hari-harimu, menjagamu dan memastikan bahwa kamu selalu terlindungi.
Sayangku…dengan tulus dan dari hati yang paling dalam aku ingin mengajakmu bersama mengisi hari-hari ini dan hari yang akan datang dalam satu biduk berdua. Memang tidaklah mudah, karena pasti aka ada badai yang akan mewarnai perjalanan kita. Tapi aku percaya kita akan mampu melewatinya, karena kita akan melewatinya bersama-sama, saling mengisi, saling menjaga dan saling percaya.
Sayangku…ijinkan aku tuk mencintai dirimu, hari ini dan selamanya…KARENA AKU MENCINTAI KAMU!

Yogyakarta, 14 February 2003
MAS APRI SUGIARTO

Monday, November 26, 2007

“Ayah Kok Pergi Terus sih….?”


Tiba-tiba saja aku dipusingkan dengan pertanyaan yang justru datangnya dari si kecil, anakku yang pertama yang usianya masih 3 (tiga) tahun. Aku merasa belum siap saja mendengar pertanyaan dari anakku sendiri yang masih sangat muda di usia mereka.


Dalam keseharian, aku adalah seorang guru yang kebetulan dipercaya menjadi wakil kepala sekolah. Setiap hari ke sekolah dari jam 07.00 pagi sampai jam 18.00 sore. Di pekerjaanku itu juga aku dipercaya sebagai dosen pada sebuah Sekolah Tinggi Teknologi yang kuliahnya di malam hari. Jadi dapat dibayangkan setiap harinya waktuku sangat terbatas untuk bersama keluarga. Untung rumah kami berada sangat dekat dengan lokasi tempatku bekerja, sehingga sering sekali aku mencuri-curi waktu ketika sedang off beberapa jam di kantor, aku segera ngacir pulang ke rumah hanya sekedar untuk bisa liat dan bermain dengan anak-anakku.


Seperti biasa, jam 18:00 aku sampai di rumah, biasanya aku buru-buru dan nggak sabar untuk menemui anak-anakku mendengarkan mereka cerita tentang hari yang mereka lalui tadi dan mendengarkan nyanyian-nyanyian baru si sulung hasil adopsi tayangan televisi saat ini yang kian menjamur. Sementara si bungsu berada manis di gendonganku dan asyik dengan kebiasaan baru, memasukkan jempolnya ke mulut sambil mengeluarkan kata-kata yang belum jelas seakan ikut-ikutan bercerita kepadaku tentang kejadian dan pengalaman yang mereka lalui sepanjang hari tadi.


Melihat mereka ceria, menyambut ayah dan bundanya pulang ke rumah, penat dan capekku seharian bekerja seakan-akan hilang sirna bagai gas yang menguap ke udara. Berganti dengan munculnya semangat baru dan gairah baru layaknya handphone yang baru di charge battery –nya.


Jam 18:45, sehabis sholat maghrib seperti biasa aku mempersiapkan diri untuk berangkat ke kampus mengisi kuliah bagi mahasiswa-mahasiswa pada jam 19:00. Ketika aku sedang asyik menyisir rambutku, tiba-tiba saja Mbak Lika ( anakkua yang sulung ) berlari dengan ringan ke arahku di kamar dan spontan bertanya…”Ayah sudah rapi, memangnya mau kemana lagi?” Akupun menjawab dengan santai “Ayah mau ke kampus, nak !”


Terus dia bicara lagi sambil ikut bercermin…”Ayah kok pergi-pergi terus sih…kapan waktunya buat mbak Lika ?” Seketika aku tersentak dan segera menghentikan aktifitasku. Aku heran dan bingung ! Di tengah kebingungan itu aku tatap dengan lembut dia, menggendong dan meletakkan dia dipangkuanku. Agak lama juga pada posisi itu aku terdiam, terus aku berusaha menjelaskan.


“Nak, ayah pergi-pergi itu karena ayah harus cari uang untuk sekolah mbak Ika dan dek Rana. Untuk beli susu, dan baju mbak ika dan dek rana. Jadi terpaksa deh main-mainnya dengan ayah sore ini kita hentikan dulu ya…besok pagi-pagi sebelum ayah ke sekolah kita jalan-jalan.” Ia hanya mengangguk-angguk entah karena mengerti atau karena bingung. Kucium kepalanya dengan lembut, tak sengaja air mataku mentes jatuh di rambutnya. Kubiarkan ia lari ke pangkuan bundanya dan bermain kembali, sementara aku masih di depan cermin, terdiam!

Wednesday, November 7, 2007

“Ayah…belikan Handphone dong….”



Pagi itu, hari minggu. Aku sedang asyik membaca-baca Koran melepas lelah dan menikmati liburan setelah begitu penatnya selama satu minggu menjalani hari sebagai guru, dosen dan seorang pelatih marching band. Biasanya, hari minggupun ada agenda latihan marching band, tetapi hari itu aku meliburkan diri dan ingin di rumah saja.


Dalam keasyikan membaca Koran pagi, tiba-tiba anakku yang pertama ”LAILIKA PRADIPANISA CITRA MAHESWARI” yang biasa kami panggil mbak Lika datang menghampiriku..Sambil menarik-narik lengan bajuku dengan gayanya yang manja, tiba-tiba dia berbicara “Ayah…belikan Handphone dong…..” Tadinya aku pikir ini hanya bercanda, tetapi tak lama kemudian, dia ulangi lagi sambil menaikkan nada bicaranya “Ayah…belikan mbak Lika Handphone dong….” Seketika aku terdiam, kaget..ternyata dia serius dan aku segera menghentikan membaca dan meletakkan Koran tadi di meja sambil menatap mata anakku itu. Aku heran dan bergumam dalam hati…kalau itu diucapkan oleh seorang anak SD kelas 1 atau 2 kayaknya wajar, karena mungkin sudah dibutuhkan untuk komunikasi dan koordinasi jemputan pulang sekolah atau les dengan bunda atau ayahnya. Tapi ini diucapkan oleh seorang anak usia 3 tahun.


Tadinya aku berfikir dia tidak serius, maka aku spontan memberikan handphone cdma-ku yang sudah rusak toh kalau sekedar untuk mainan tidak ada resiko takut rusak karena terbanting oleh anak-anak, tapi spontan juga ia bicara..”bukan…bukan yang ini Yah..Mbak Lika mau yang warna pink seperti bunda…” mimik wajahnya serius sekali menandakan ia berharap….Gawat!! anak balita sudah tahu handphone yang mahal….tapi aku semakin penasaran untuk menggali keseriusannya…”Memangnya minta handphone untuk apa, mbak ?”


Terus dia jawab ”Untuk nelpon bang Farel…!” Tadinya aku berfikir mungkin itu anak tetangga temannya bermain. Terus aku tanya ke bundanya…”Say, siapa itu bang Farel?” tanyaku penasaran.


“Memangnya kenapa?” tanya isteriku balik bertanya.


“Ini tiba-tiba mbak Lika pengen dibelikan handphone seperti bunda, katanya mau nelpon bang Farel..” jelasku lagi. Spontan isteriku tertawa….”Ayah…ayah….Bang Farel itu adalah tokoh dalam sinetron di SCTV “MY HEART”. Itukan film layar lebar yang dibuat menjadi sinetron…sekarang ia punya pacar khayalan…namanya bang Farel !”


Aku bingung….anak balitaku kini sudah menjadi korban sinetron yang semakin “menggila” ….Anakku sudah punya pacar virtual…”BANG FAREL! !!!”